Kisah penderitaan ane selama KKN
masih berlanjut. Masih di waktu persiapan pelaksanaan pertandingan sepak bola
mini. Sehari sebelum pembukaan resmi pertandingan sepak bola mini ane sengaja
pamit kepada semua teman-teman posko ane untuk pulang ke rumah karena ane ingin
membawa printer ke lokasi KKN dengan
harapan ane tidak perlu mempersulit posko desa sebelah karena ane selalu
numpang print disana. Ane tidak lupa berpesan kepada mereka agar saling bantu
dalam kegiatan-kegiatan yang akan dijalankan selama ane tidak disini(rencananya
ane mau tinggal selama 2 ata 3 hari).
Sesampainya di rumah ane langsung
ke kamar ane dan berbaring melepas lelah. At last ! I am back to the heaven. Ane habiskan beberapa jam untuk membuka
sosmed ane karena selama di sana sinyal kurang bagus untuk internetan. “Pret
Pret, Pret Pret” terdengar suara nada sms, ane langsung buka dan
membaca isi pesan dari salah satu teman posko ane, sebut saja dia Botol. Mood ane hilang seketika membaca
pesan itu. Ternyata salah seorang warga disana minta tolong ane untuk ngurusin
kartu GSM suaminya yang hilang di salah satu kantor provider telekomunikasi
ternama. Edan, dia kira ane kemari untuk liburan (padahal iya), enak bener dia
nyuruh-nyuruh dan yang pasti yang keluar uang ya ane lagi. Dengan berat hati
ane ke kantor tersebut. Dan, “God have mercy !” Kantornya
direnovasi ! sehingga tidak ada kegiatan
di sana, ini bisa jadi alasan buat ane hahaha.
Keesokan harinya ane berencana
membawa printer ane yang ternyata sedikit
agak rusak ke tempat servis. Ketika ane lagi bersiap-siap berangkat tiba-tiba
si Skinner nelpon ane dan marah-marah ke ane. Dia bilang kalau tenda, tribun,
perlengkapan wasit, dll belum siap dan 1 jam lagi acara pembukaan akan di
mulai. Semua karena ulah 3 orang teman ane yang hanya pergi ke tempat lain dan
menyepelekan urusan kegiatan KKN. Sementara si Botol ‘katanya’ hanya di tinggal
sendirian untuk mengurusi kegiatan seorang diri sampai dia menangis karena
sedih (ya iyalah masa karena ada yang menaruh bawang).
Mendengar kegiatan udah sekacau
itu bikin ane pengen segera di deportasi saja dari planet ini. Ane bergegas dan
bergerak secepat mungkin agar bisa langsung berangkat ke posko dengan membawa
print yang sama sekali belum di servis. Selama di perjalanan ane merasa was-was
karena cuaca sangatlah gelap segelap muka ane. Ane khawatir hujan akan
mengguyur print ane. Untunglah sampai di tujuan hujannya masih belum turun kalo
harga BBM belum turun.
Pas sampai di lapangan ternyata
kegiatan sudah berjalan. Ane fikir kegiatan di tunda. Tapi ada yang aneh.
Beberapa pemuda yang biasanya ramah kepada ane sekarang mulai cuek. Contohnya
si Yonex. Pas ane hampiri di lapangan bola dia pura-pura tidak melihat. Terus
dia berkata “Kamu orang tidak kompak, masa teman-teman itu tidak membantu si
Botol, sampai menangis dia karena hanya kerja sendirian”. Jah dia mengulangi
perkataan Skinner yang di telpon. Ya ane mau gimana lagi tukang bubur udah naek
haji. Ane hanya bisa diam dan meminta maaf.
Karena kejadian tadi, selepas
pertandingan perdana. Ane melakukan rapat mengenai masalah tadi bersama
teman-teman ane. Ane kesal dengan tindakan Mastin, Mangkok, dan yang satu lagi
sebut saja Mercon, karena membiarkan Botol kerja sendirian. Tetapi ane
tidak kalah kesalnya juga dengan Botol yang membeberkan masalah internal
kelompok kepada orang lain serta menjelek-jelekan anggota kelompok lain kepada
pemuda-pemuda di sana. Dia tidak sadar kelakuannya itu bisa membuat pandangan
masyarakat semakin buruk terhadap kelompok kami.
Ketika rapat ane mendengar dari
pengakuan Mercon kalau sebenarnya si Botol juga lepas tanggung jawab waktu ane
pergi karena kekesalannya tidak diajak pergi bersama mereka bertiga jalan-jalan
ke salah satu rumah warga di dusun sebelah. Sehingga si Botol memutuskan untuk
pergi ke rumah kerabatnya di desa. Ane memang sadar kalau si Botol ini ular
berkepala kobra eh maksudnya ular berkepala dua. Tapi ane masih mengikuti
permainannya.
Si Botol kemudian menyalahkan si
Mangkok karena hanya mengurus kisah cintanya dengan pemuda tanggung yang juga
tinggal di desa tersebut sehingga tidak fokus mengurus program kerja. Dan juga
menyalahkan Mercon karena dia sangat selfish dan tidak bisa di atur. Tapi
ane menyudahi rapat itu karena di belakang ada warga desa yang masih kerabatnya
Cho yun fat menguping pembicaraan kami dari luar kamar ane.
****
Kemalangan masih berlanjut. Kali
ini ane di kagetkan oleh sms Botol yang mengatakan kalau Dosen Pengawas atau
yang biasanya disebut Tim Monev datang ke posko kami untuk
memantau progress kami dan sialnya waktu itu kami masih dalam kegiatan
sepak bola sehingga hanya Botol seorang yang ada di posko. Tidak pikir panjang
ane langsung berlari dari lapangan menuju posko ane yang jaraknya kurang lebih
500 meter.
Keringat bercucuran, napas kempat
kempot, dan baju basah kuyup karena keringat. Ketika ane datang sang dosen
sudah ada di kamar ane dan memberi sambutan hangat serta memberikan uang tunai
4 juta rupiah dipotong pajak 100%. Haha tidaklah, pas sampai di posko si dosen
terlihat sedang mengecek buku harian kelompok dan si Botol terlihat pucat
karena kegirangan, ya karena ketakutan lah. “Kamu dari mana saja ?” tanya si
dosen tanpa sedikit pun rasa iba melihat ane yang ngos-ngosan dan bermandikan
peluh (mana mungkin kasian paling si dosen jijik). “Saya dari lapangan pak
mengurus kegiatan ekstrakulikuler” jawabku, “Ini masih terlalu awal untuk
melaksanakan kegiatan ekstra” kata si dosen menepis alasan ane. Ya sebenarnya
ane sengaja melaksanakan kegiatan ini lebih awal karena ngurusnya susah
sehingga pas akhir ane bisa lebih fokus membuat laporan KKN dan Karya Tulis
Ilmiah. Kemudian si dosen marah lagi karena milimeter blok belum di tempel
padahal benda terkutuk itu sudah ane selesaikan, hanya saja belum di tanda
tangan. Karena belum di tempel , si bapak mengecek catatan individu kami
padahal sebenarnya ia tidak berniat memeriksanya. Dan didapatilah pemandangan
menyeramkan. Buku catatan harian individu ane tidak terisi selama 18 hari !.
Ane tidak menyangka dia akan memeriksanya karena biasanya Tim Monev hanya
memeriksa catatan kelompok jadi ane hanya menyelamatkan catatan kelompok karena
tidak satupun teman ane yang berbaik hati mengisinya. Padahal kalau di fikir
itu adalah tanggung jawab bersama makanya namanya menjadi catatan harian
kelompok, namun mereka malah berfikir semua itu adalah tanggung jawab kordes.
Kalau begitu mengapa tidak sekalian di situ ditulis Catatan Harian Kordes ?
supaya hanya kordes saja yang mendapatkan nilai.
Alhasil karena banyak pelanggaran, semua
anggota posko desa kami terkena surat peringatan 1, tetapi karena ane dan
Mastin melakukan pelanggaran lain, khusus kami berdua mendapatkan surat
peringatan 2 yang berarti kami hanya bisa mencapai nilai maksimal B dalam
pelaksanaan KKN serta melakukan pelayanan masyarakat dikampus selama 6 hari.
Damn!
Si dosen kemudian menyuruh ane
untuk memanggil teman-teman lainnnya untuk menandatangani surat peringatan dan
dia menuggu kami di desa sebelah. Dengan sedikit lemas dan pasrah akan nasib
buruk ini ane pergi ke lapangan untuk menyampaikan kabar buruk tersebut kepada
mereka. Setelah sampai di sana ane sengaja memanggil mereka semua di belakang
tribun dengan harapan orang lain tidak mendengar kabar ini. Setelah itu kami
pergi ke desa sebelah, mereka bertiga berboncengan dan ane masih sibuk meminjam
sepeda motor dan untungnya si kepala desa berbaik hati meminjamkan motornya.
Dengan kecepatan penuh ane tancap
gas ke tempat yang di janjikan dosen. Sesampainya disana ternyata beberapa
anggota poskonya juga terkena surat peringatan 2 (Oh tuhan betapa baiknya
engkau kau tidak membiarkanku menderita sendirian ahahaha). “Tadi ada itu posko
di desa yang di atas gunung sana, kordesnya tidak mengisi catatan individunya
selama 18 hari, parah dia itu” kata si dosen dengan logat luwuk sambil menulis
nama-nama pelanggar (kayak orang kena tilang aja). Dafuq ! , si dosen
menyinggung ane ya ane hanya diam saja pura-pura tidak tau hahaha.
Pas mau pulang motor pak kades
tidak nyala. Ane sudah coba starter berkali-kali tidak bisa nyala, maklum lah
model lama keluaran zaman perang hahaha. Karena kaki ane sudah pegal , ane isi
deh bensinnya karena ane fikir bensinnya abis. Pas di starter lagi ternyata
masih tidak nyala juga. Ternyata usut punya usut motor bermesin jet koslet ini
tidak kehabisan bensin melainkan keran bensinnya masih ketutup,Fuuuuu!!.
****
Lagi-lagi masih di kegiatan sepak
bola, hari itu ane bertugas sebagai orang yang memantau waktu pertandingan.
Dengan hanya bermodalkan stopwatch dari cell phone ane melaksanakan tugas itu
degan ikhlas padahal semua ini adalah tugas para panitia yang sudah di tetapkan
sebelumnya. Waktu itu salah seorang pemain bola menendang bola sangat keras
sehingga masuk ke dalam kebun milik warga. Dan langsung saja Skinner berteriak
dengan keras dan kasar ke arah kami “Pi ambil itu !!”. Saya tidak tahu kepada
siapa dia berbicara tetapi karena tidak ada orang yang mengambil saya berbaik hati
untuk mengambil bola itu sendiri. Ternyata tidak cukup sekali dia berbuat begitu,
lagi lagi dia membentak ke arah kami dan ane merasa seolah-olah dia membentak
ane. Dengan perasaan sedikit kesal ane mengambil bola itu. Dia memperlakukan
ane seperti budak yang bisa seenaknya dibentak. *Do it by your self motherfucker
!* Ane sangat geram waktu itu sepertinya ane pengen menonjok mukanya
sampai gigi-giginya yang tonggos bin kuning itu rontok semua. Tapi ane sadar
ini kampung orang yang ada ane akan di keroyok massa.
Yang tidak kalah bikin kesalnya
lagi, anak-anak kecil di desa ini semua pada badung. Air untuk panitia mereka
habiskan hanya untuk di jadikan mainan. Ironisnya orang tua mereka yang ada di
situ tidak melarangnya. Pas para panitia mau minum air sudah habis dan tebak
siapa yang di salahkan.
Selama kegiatan sepak bola mini
ini sebagian besar tanggung jawab dan tugas panitia di kerjakan oleh kami
sebagai pelaksana. Jujur saja KKN yang kami laksanakan ini gagal. Tapi
kesalahan tidak semuanya harus ditimpakan pada kami. Karena sebenarnya yang
gagal adalah si kepala desa. Mengapa ? , kepala desa tidak dapat mengajak dan
mengarahkan warganya untuk ikut berpatisipasi dalam setiap program yang kami
paparkan. Padahal sudah jelas tujuannya untuk desa mereka sendiri dan mereka
dulunya setuju akan menjadi panitia untuk kegiatan mareka, sedangkan kami hanya
sebagai inisiator dan motivator. Padahal mereka sama sekali tidak rugi bahkan
untung bagi mereka karena dengan adanya kami bisa mengajak para warga ini untuk
bersatu padu dalam membangun daerah mereka menjadi lebih baik.
Kepala desa juga sudah sangat
GAGAL memberikan pemahaman kepada warganya bahwa kami sebagai mahasiswa ilmu
keguruan tidak hanya sekedar mempunyai tugas dengan desa, tetapi kami juga
punya tugas untuk mengajar di sekolah yang ada di desa yang kami tempati. Jadi
kegiatan kami 60% harus ada di sekolah sebagai tenaga pengajar dan 40% saja
untuk masyarakat. Tapi kenyataan masyarakat sama sekali tidak diberi
pengertian, sehingga mereka terus saja mengeluhkan sikap kami yang lebih banyak
menghabiskan waktu untuk kegiatan pendidikan di sekolah. Bahkan kepala desa
juga tidak mengerti karena dia menuntut kami harus menemani para warga ini
berdongeng sedangkan besok kami harus bangun pagi untuk mengajar dan sebelum
mengajar guru harus belajar juga pastinya. Cih padahal ngakunya sarjana dan
juga pernah KKN. *Bullshit*
Yang bikin ane kesal dengan sikap
warga desa ini adalah ketika para pemudanya sangat TIDAK TAHU WAKTU dan TIDAK
TAHU ATURAN kurang lebih mereka ini seperti zombie tak berotak. Bayangkan,
kamar yang ane tempati di desa tersebut seperti cafe siapa saja boleh masuk.
Ane sangat tidak suka dengan hal ini. Jika ingin berbicara kenapa tidak di
ruang tamu saja? kenapa mesti menerobos masuk ke kamar ?. Ditambah lagi mereka
dengan sesuka hatinya melakukan hal-hal menjengkelkan di kamar ane seperti memeriksa
barang-barang ane. Mengambil alat tulis ane untuk mencoret tembok. Akibatnya
pas ane pergi mengajar tinta spidol selalu habis. Mereka masuk tidak peduli ane
lagi bangun atau sedang tidur, tanpa henti menginvasi daerah privasi ane. Dan
ane hanya bisa diam dengan semua hal ini. *Did you think i am okay ? of course not you
fucking brainless zombie!* mereka pikir ane diam berarti ane tidak
masalah dengan semua hal yang mereka lakukan. Akhirnya pada hari-hari
berikutnya terjadi kejadian yang bikin ane benar-benar sangat ingin mengembangkan
proyek rudal balistik untuk menghancurkan desa itu (aw man , are you mad ? ).
Malam itu ane pergi ke posko teman ane yang cukup jauh. Ane harus melewati 5
desa untuk bisa sampai kesana. Yang membuat ane harus pergi ke sana karena ane
mau numpang nge-print. Yah singkat cerita ane kembali pulang dan yang ane
temukan para zombie mabuk ini sedang mengobrak-abrik kamar ane. Ada yang
berbaring di kasur, ada yang sedang mengotak-atik laptop dan ada yang merokok. *Surprise
mother fucker* mereka kaget dengan kedatangan ane. Ane saking kesalnya
sudah tidak mampu lagi menutupi kekesalan ane. Ane tatap wajah mereka satu
persatu. Waktu itu ane sudah tidak
perduli apabila akan terjadi hal buruk tapi ini sudah di luar batas. Wajah ane
sudah tidak bersahabat. Para zombie kalang kabut. “aduh bagaimana cara
mematikan ini ?” salah satu pemuda brengsek itu bertanya kepada temannya
bagaimana cara men-shutdown pc. Dan akhirnya mereka keluar satu persatu dan
hanya satu orang yang meminta maaf kepada ane. Itu sedikit membuat kemarahan
ane sedikit mereda.
Yang lebih gilanya lagi si tuan
rumah Cho yun Fat tidak pernah memarahi mereka berlaku demikian. Bahkan jika
ane menutup pintu kamar mereka bertanya dan nadanya seperti menyinggung “kenapa
pintunya di tutup ?” atau “Kenapa lampunya dimatikan ?”. Oke, rumah ini memang
milik kalian tapi barang-barang dikamar itu adalah milik ane. Wajar saja jika
ane ingin menjaga barang ane. Mendengar pertanyaan itu ane ya tidak bisa
berbuat banyak. Ane hanya menuruti apa yang mereka mau.
Bersambung...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar