Label

Jumat, 06 Maret 2015

KKN - Cerita Di Balik Derita (2)

Kisah penderitaan ane selama KKN masih berlanjut. Masih di waktu persiapan pelaksanaan pertandingan sepak bola mini. Sehari sebelum pembukaan resmi pertandingan sepak bola mini ane sengaja pamit kepada semua teman-teman posko ane untuk pulang ke rumah karena ane ingin membawa printer ke lokasi KKN dengan harapan ane tidak perlu mempersulit posko desa sebelah karena ane selalu numpang print disana. Ane tidak lupa berpesan kepada mereka agar saling bantu dalam kegiatan-kegiatan yang akan dijalankan selama ane tidak disini(rencananya ane mau tinggal selama 2 ata 3 hari).

Sesampainya di rumah ane langsung ke kamar ane dan berbaring melepas lelah. At last ! I am back to the heaven.  Ane habiskan beberapa jam untuk membuka sosmed ane karena selama di sana sinyal kurang bagus untuk internetan. “Pret Pret, Pret Pret” terdengar suara nada sms, ane langsung buka dan membaca isi pesan dari salah satu teman posko ane, sebut saja dia Botol. Mood ane hilang seketika membaca pesan itu. Ternyata salah seorang warga disana minta tolong ane untuk ngurusin kartu GSM suaminya yang hilang di salah satu kantor provider telekomunikasi ternama. Edan, dia kira ane kemari untuk liburan (padahal iya), enak bener dia nyuruh-nyuruh dan yang pasti yang keluar uang ya ane lagi. Dengan berat hati ane ke kantor tersebut. Dan, “God have mercy !” Kantornya direnovasi !  sehingga tidak ada kegiatan di sana, ini bisa jadi alasan buat ane hahaha.

Keesokan harinya ane berencana membawa printer ane yang ternyata sedikit  agak rusak ke tempat servis. Ketika ane lagi bersiap-siap berangkat tiba-tiba si Skinner nelpon ane dan marah-marah ke ane. Dia bilang kalau tenda, tribun, perlengkapan wasit, dll belum siap dan 1 jam lagi acara pembukaan akan di mulai. Semua karena ulah 3 orang teman ane yang hanya pergi ke tempat lain dan menyepelekan urusan kegiatan KKN. Sementara si Botol ‘katanya’ hanya di tinggal sendirian untuk mengurusi kegiatan seorang diri sampai dia menangis karena sedih (ya iyalah masa karena ada yang menaruh bawang).

Mendengar kegiatan udah sekacau itu bikin ane pengen segera di deportasi saja dari planet ini. Ane bergegas dan bergerak secepat mungkin agar bisa langsung berangkat ke posko dengan membawa print yang sama sekali belum di servis. Selama di perjalanan ane merasa was-was karena cuaca sangatlah gelap segelap muka ane. Ane khawatir hujan akan mengguyur print ane. Untunglah sampai di tujuan hujannya masih belum turun kalo harga BBM belum turun.


Pas sampai di lapangan ternyata kegiatan sudah berjalan. Ane fikir kegiatan di tunda. Tapi ada yang aneh. Beberapa pemuda yang biasanya ramah kepada ane sekarang mulai cuek. Contohnya si Yonex. Pas ane hampiri di lapangan bola dia pura-pura tidak melihat. Terus dia berkata “Kamu orang tidak kompak, masa teman-teman itu tidak membantu si Botol, sampai menangis dia karena hanya kerja sendirian”. Jah dia mengulangi perkataan Skinner yang di telpon. Ya ane mau gimana lagi tukang bubur udah naek haji. Ane hanya bisa diam dan meminta maaf.

Karena kejadian tadi, selepas pertandingan perdana. Ane melakukan rapat mengenai masalah tadi bersama teman-teman ane. Ane kesal dengan tindakan Mastin, Mangkok, dan yang satu lagi sebut saja Mercon, karena membiarkan Botol kerja sendirian. Tetapi ane tidak kalah kesalnya juga dengan Botol yang membeberkan masalah internal kelompok kepada orang lain serta menjelek-jelekan anggota kelompok lain kepada pemuda-pemuda di sana. Dia tidak sadar kelakuannya itu bisa membuat pandangan masyarakat semakin buruk terhadap kelompok kami.
Ketika rapat ane mendengar dari pengakuan Mercon kalau sebenarnya si Botol juga lepas tanggung jawab waktu ane pergi karena kekesalannya tidak diajak pergi bersama mereka bertiga jalan-jalan ke salah satu rumah warga di dusun sebelah. Sehingga si Botol memutuskan untuk pergi ke rumah kerabatnya di desa. Ane memang sadar kalau si Botol ini ular berkepala kobra eh maksudnya ular berkepala dua. Tapi ane masih mengikuti permainannya.

Si Botol kemudian menyalahkan si Mangkok karena hanya mengurus kisah cintanya dengan pemuda tanggung yang juga tinggal di desa tersebut sehingga tidak fokus mengurus program kerja. Dan juga menyalahkan Mercon karena dia sangat selfish dan tidak bisa di atur. Tapi ane menyudahi rapat itu karena di belakang ada warga desa yang masih kerabatnya Cho yun fat menguping pembicaraan kami dari luar kamar ane.

                                                                                    ****

Kemalangan masih berlanjut. Kali ini ane di kagetkan oleh sms Botol yang mengatakan kalau Dosen Pengawas atau yang biasanya disebut Tim Monev datang ke posko kami untuk memantau progress kami dan sialnya waktu itu kami masih dalam kegiatan sepak bola sehingga hanya Botol seorang yang ada di posko. Tidak pikir panjang ane langsung berlari dari lapangan menuju posko ane yang jaraknya kurang lebih 500 meter.

Keringat bercucuran, napas kempat kempot, dan baju basah kuyup karena keringat. Ketika ane datang sang dosen sudah ada di kamar ane dan memberi sambutan hangat serta memberikan uang tunai 4 juta rupiah dipotong pajak 100%. Haha tidaklah, pas sampai di posko si dosen terlihat sedang mengecek buku harian kelompok dan si Botol terlihat pucat karena kegirangan, ya karena ketakutan lah. “Kamu dari mana saja ?” tanya si dosen tanpa sedikit pun rasa iba melihat ane yang ngos-ngosan dan bermandikan peluh (mana mungkin kasian paling si dosen jijik). “Saya dari lapangan pak mengurus kegiatan ekstrakulikuler” jawabku, “Ini masih terlalu awal untuk melaksanakan kegiatan ekstra” kata si dosen menepis alasan ane. Ya sebenarnya ane sengaja melaksanakan kegiatan ini lebih awal karena ngurusnya susah sehingga pas akhir ane bisa lebih fokus membuat laporan KKN dan Karya Tulis Ilmiah. Kemudian si dosen marah lagi karena milimeter blok belum di tempel padahal benda terkutuk itu sudah ane selesaikan, hanya saja belum di tanda tangan. Karena belum di tempel , si bapak mengecek catatan individu kami padahal sebenarnya ia tidak berniat memeriksanya. Dan didapatilah pemandangan menyeramkan. Buku catatan harian individu ane tidak terisi selama 18 hari !. Ane tidak menyangka dia akan memeriksanya karena biasanya Tim Monev hanya memeriksa catatan kelompok jadi ane hanya menyelamatkan catatan kelompok karena tidak satupun teman ane yang berbaik hati mengisinya. Padahal kalau di fikir itu adalah tanggung jawab bersama makanya namanya menjadi catatan harian kelompok, namun mereka malah berfikir semua itu adalah tanggung jawab kordes. Kalau begitu mengapa tidak sekalian di situ ditulis Catatan Harian Kordes ? supaya hanya kordes saja yang mendapatkan nilai.

 Alhasil karena banyak pelanggaran, semua anggota posko desa kami terkena surat peringatan 1, tetapi karena ane dan Mastin melakukan pelanggaran lain, khusus kami berdua mendapatkan surat peringatan 2 yang berarti kami hanya bisa mencapai nilai maksimal B dalam pelaksanaan KKN serta melakukan pelayanan masyarakat dikampus selama 6 hari. Damn!

Si dosen kemudian menyuruh ane untuk memanggil teman-teman lainnnya untuk menandatangani surat peringatan dan dia menuggu kami di desa sebelah. Dengan sedikit lemas dan pasrah akan nasib buruk ini ane pergi ke lapangan untuk menyampaikan kabar buruk tersebut kepada mereka. Setelah sampai di sana ane sengaja memanggil mereka semua di belakang tribun dengan harapan orang lain tidak mendengar kabar ini. Setelah itu kami pergi ke desa sebelah, mereka bertiga berboncengan dan ane masih sibuk meminjam sepeda motor dan untungnya si kepala desa berbaik hati meminjamkan motornya.

Dengan kecepatan penuh ane tancap gas ke tempat yang di janjikan dosen. Sesampainya disana ternyata beberapa anggota poskonya juga terkena surat peringatan 2 (Oh tuhan betapa baiknya engkau kau tidak membiarkanku menderita sendirian ahahaha). “Tadi ada itu posko di desa yang di atas gunung sana, kordesnya tidak mengisi catatan individunya selama 18 hari, parah dia itu” kata si dosen dengan logat luwuk sambil menulis nama-nama pelanggar (kayak orang kena tilang aja). Dafuq ! , si dosen menyinggung ane ya ane hanya diam saja pura-pura tidak tau hahaha.

Pas mau pulang motor pak kades tidak nyala. Ane sudah coba starter berkali-kali tidak bisa nyala, maklum lah model lama keluaran zaman perang hahaha. Karena kaki ane sudah pegal , ane isi deh bensinnya karena ane fikir bensinnya abis. Pas di starter lagi ternyata masih tidak nyala juga. Ternyata usut punya usut motor bermesin jet koslet ini tidak kehabisan bensin melainkan keran bensinnya masih ketutup,Fuuuuu!!.

                                                                                   ****

Lagi-lagi masih di kegiatan sepak bola, hari itu ane bertugas sebagai orang yang memantau waktu pertandingan. Dengan hanya bermodalkan stopwatch dari cell phone ane melaksanakan tugas itu degan ikhlas padahal semua ini adalah tugas para panitia yang sudah di tetapkan sebelumnya. Waktu itu salah seorang pemain bola menendang bola sangat keras sehingga masuk ke dalam kebun milik warga. Dan langsung saja Skinner berteriak dengan keras dan kasar ke arah kami “Pi ambil itu !!”. Saya tidak tahu kepada siapa dia berbicara tetapi karena tidak ada orang yang mengambil saya berbaik hati untuk mengambil bola itu sendiri. Ternyata tidak cukup sekali dia berbuat begitu, lagi lagi dia membentak ke arah kami dan ane merasa seolah-olah dia membentak ane. Dengan perasaan sedikit kesal ane mengambil bola itu. Dia memperlakukan ane seperti budak yang bisa seenaknya dibentak. *Do it by your self motherfucker !* Ane sangat geram waktu itu sepertinya ane pengen menonjok mukanya sampai gigi-giginya yang tonggos bin kuning itu rontok semua. Tapi ane sadar ini kampung orang yang ada ane akan di keroyok massa.

Yang tidak kalah bikin kesalnya lagi, anak-anak kecil di desa ini semua pada badung. Air untuk panitia mereka habiskan hanya untuk di jadikan mainan. Ironisnya orang tua mereka yang ada di situ tidak melarangnya. Pas para panitia mau minum air sudah habis dan tebak siapa yang di salahkan.

Selama kegiatan sepak bola mini ini sebagian besar tanggung jawab dan tugas panitia di kerjakan oleh kami sebagai pelaksana. Jujur saja KKN yang kami laksanakan ini gagal. Tapi kesalahan tidak semuanya harus ditimpakan pada kami. Karena sebenarnya yang gagal adalah si kepala desa. Mengapa ? , kepala desa tidak dapat mengajak dan mengarahkan warganya untuk ikut berpatisipasi dalam setiap program yang kami paparkan. Padahal sudah jelas tujuannya untuk desa mereka sendiri dan mereka dulunya setuju akan menjadi panitia untuk kegiatan mareka, sedangkan kami hanya sebagai inisiator dan motivator. Padahal mereka sama sekali tidak rugi bahkan untung bagi mereka karena dengan adanya kami bisa mengajak para warga ini untuk bersatu padu dalam membangun daerah mereka menjadi lebih baik.

Kepala desa juga sudah sangat GAGAL memberikan pemahaman kepada warganya bahwa kami sebagai mahasiswa ilmu keguruan tidak hanya sekedar mempunyai tugas dengan desa, tetapi kami juga punya tugas untuk mengajar di sekolah yang ada di desa yang kami tempati. Jadi kegiatan kami 60% harus ada di sekolah sebagai tenaga pengajar dan 40% saja untuk masyarakat. Tapi kenyataan masyarakat sama sekali tidak diberi pengertian, sehingga mereka terus saja mengeluhkan sikap kami yang lebih banyak menghabiskan waktu untuk kegiatan pendidikan di sekolah. Bahkan kepala desa juga tidak mengerti karena dia menuntut kami harus menemani para warga ini berdongeng sedangkan besok kami harus bangun pagi untuk mengajar dan sebelum mengajar guru harus belajar juga pastinya. Cih padahal ngakunya sarjana dan juga pernah KKN. *Bullshit*

Yang bikin ane kesal dengan sikap warga desa ini adalah ketika para pemudanya sangat TIDAK TAHU WAKTU dan TIDAK TAHU ATURAN kurang lebih mereka ini seperti zombie tak berotak. Bayangkan, kamar yang ane tempati di desa tersebut seperti cafe siapa saja boleh masuk. Ane sangat tidak suka dengan hal ini. Jika ingin berbicara kenapa tidak di ruang tamu saja? kenapa mesti menerobos masuk ke kamar ?. Ditambah lagi mereka dengan sesuka hatinya melakukan hal-hal menjengkelkan di kamar ane seperti memeriksa barang-barang ane. Mengambil alat tulis ane untuk mencoret tembok. Akibatnya pas ane pergi mengajar tinta spidol selalu habis. Mereka masuk tidak peduli ane lagi bangun atau sedang tidur, tanpa henti menginvasi daerah privasi ane. Dan ane hanya bisa diam dengan semua hal ini. *Did you think i am okay ? of course not you fucking brainless zombie!* mereka pikir ane diam berarti ane tidak masalah dengan semua hal yang mereka lakukan. Akhirnya pada hari-hari berikutnya terjadi kejadian yang bikin ane benar-benar sangat ingin mengembangkan proyek rudal balistik untuk menghancurkan desa itu (aw man , are you mad ? ). Malam itu ane pergi ke posko teman ane yang cukup jauh. Ane harus melewati 5 desa untuk bisa sampai kesana. Yang membuat ane harus pergi ke sana karena ane mau numpang nge-print. Yah singkat cerita ane kembali pulang dan yang ane temukan para zombie mabuk ini sedang mengobrak-abrik kamar ane. Ada yang berbaring di kasur, ada yang sedang mengotak-atik laptop dan ada yang merokok. *Surprise mother fucker* mereka kaget dengan kedatangan ane. Ane saking kesalnya sudah tidak mampu lagi menutupi kekesalan ane. Ane tatap wajah mereka satu persatu. Waktu itu  ane sudah tidak perduli apabila akan terjadi hal buruk tapi ini sudah di luar batas. Wajah ane sudah tidak bersahabat. Para zombie kalang kabut. “aduh bagaimana cara mematikan ini ?” salah satu pemuda brengsek itu bertanya kepada temannya bagaimana cara men-shutdown pc. Dan akhirnya mereka keluar satu persatu dan hanya satu orang yang meminta maaf kepada ane. Itu sedikit membuat kemarahan ane sedikit mereda.

Yang lebih gilanya lagi si tuan rumah Cho yun Fat tidak pernah memarahi mereka berlaku demikian. Bahkan jika ane menutup pintu kamar mereka bertanya dan nadanya seperti menyinggung “kenapa pintunya di tutup ?” atau “Kenapa lampunya dimatikan ?”. Oke, rumah ini memang milik kalian tapi barang-barang dikamar itu adalah milik ane. Wajar saja jika ane ingin menjaga barang ane. Mendengar pertanyaan itu ane ya tidak bisa berbuat banyak. Ane hanya menuruti apa yang mereka mau.

Bersambung...




Tidak ada komentar:

Posting Komentar