Label

Jumat, 06 Maret 2015

"Anak Baik"


Ane ini termasuk pemuda baik-baik. Tidak pernah pakai drugs, tidak merokok, dan tidak melakukan free sex hanya pay sex, hahaha becanda. Tapi yang ane heran para orang tua yang pernah tinggal di sekitar lingkungan rumah ane atau yang pernah ketemu ane waktu  ane masih kecil selalu berkata “Wah ente sudah besar, padahal ente dulu nakal sekali” atau “So nyong-nyong le, padalah dulu tante masih ingat nga ini pe nakal betul”. “Their impression are always same, if they are trying to remember about me”, Oh come on, mungkin dulu ane nakal dan itu wajar hanya kenakalan seorang anak kecil. Sekarang ane sudah dua puluh tahunan tidak mungkin ane mau nakal terus bak bocah tengik menyebalkan. Ane heran senakal apa ane dulu sampai banyak orang yang berkesan kalau ane ini seorang ‘trouble-maker’ (pura-pura polos).

Ane teringat salah satu kejahilan ane waktu masih kelas 6 SD. Waktu itu selepas salat magrib ane bersama teman-teman ane berjalan pulang dari mesjid. Seperti biasa kami sengaja mengambil rute yang panjang supaya kami bisa bercanda di perjalanan pulang. Ketika sedang berjalan sampailah kami di sebuah rumah yang tembok bagian sampingnya kotor penuh coretan arang. Kami berhenti sejenak membaca tulisan-tulisan geblek itu. Dafuq ! ada nama bapak ane , siapa pula yang menjahili ane. Ketika ane sedang berfikir keras siapa yang nulis nama bapak ane di tembok datang orang bertubuh besar seperti Shrek dan dia memarahi kami. Dia menuduh kami sedang mencoret-coret tembok di situ padahal kami hanya melihat-lihat saja.

Kami hanya bisa diam saja karena kami takut bakal dijadikan santapan nusantaranya si om Shrek. Setelah itu si om pergi ya kami ngedumel berjamaah karena kesal akibat tuduhan si om. Tiba-tiba mati lampu. Tapi lampu ide ane malah nyala. Ane berencana untuk mencoret coret tembok dengan arang mumpung lagi mati lampu jadi agak susah di pergok. Ane mencari arang di sekitar tempat itu dan ane menemukan bekas pembakaran sampah. Sambil ngorek-ngorek sampah rumput dan kayu yang angus ane memantau keadaan. Karena gelap ane agak susah menemukan arangnya. Dan akhirnya ane menemukan arang seukuran jempol untuk di pakai menulis. Teman-teman ane juga sudah mulai menulis dengan arang mereka. Ane menarik garis lurus untuk membentuk sebuah pola agar terjadilah sebuah maha karya. Ha kok tidak ada garisnya? Oh mungkin kurang keras ane menekannya, ane tekan lebih kuat deh tapi tidak berbekas seperti arang. Hanya meninggalkan sedikit bekas kecoklatan yang sama sekali tidak bisa di lihat dengan jelas. Ane heran, punya ane kok gak berbekas, sedangkan punya teman ane sudah asik menulis dengan arang mereka masing-masing. Karena gelap ane tidak bisa dengan jelas memeriksa apakah arang ane layak pakai. Ane penasaran ini apa ya, ane dekatkan hidung ane ke arang temuan ane itu. What the fuck is that thing ! It smells like a hell ! ternyata yang ane kira arang itu adalah tai anjing setengah hangus. Dan tidak tau kenapa ane reflek menggosok tangan ane yang kena tai anjing itu ke hidung salah satu teman ane. Dan ente tau kan bagaimana sensasinya jika sesuatu yang berbau menempel atau sangat dekat di indra penciuman, ya baunya susah ilang toh ane gosoknya tepat di lubang hidung. It is called infinity stinky attack !, teman ane itu meringis hampir nangis karena bau tai anjingnya susah ilang meskipun dia menggosokan bajunya ke hidung dengan susah payah. Dan ane hanya ketawa ngakak melihat dia. Just enjoy the show .. XD

Tidak ada komentar:

Posting Komentar