Ane ini termasuk pemuda
baik-baik. Tidak pernah pakai drugs, tidak merokok, dan tidak melakukan free
sex hanya pay sex, hahaha becanda. Tapi yang ane heran para orang tua
yang pernah tinggal di sekitar lingkungan rumah ane atau yang pernah ketemu ane
waktu ane masih kecil selalu berkata “Wah
ente sudah besar, padahal ente dulu nakal sekali” atau “So
nyong-nyong le, padalah dulu tante masih ingat nga ini pe nakal betul”.
“Their
impression are always same, if they are trying to remember about me”, Oh
come on, mungkin dulu ane nakal dan itu wajar hanya kenakalan seorang anak
kecil. Sekarang ane sudah dua puluh tahunan tidak mungkin ane mau nakal terus
bak bocah tengik menyebalkan. Ane heran senakal apa ane dulu sampai banyak
orang yang berkesan kalau ane ini seorang ‘trouble-maker’ (pura-pura polos).
Ane teringat salah satu kejahilan
ane waktu masih kelas 6 SD. Waktu itu selepas salat magrib ane bersama
teman-teman ane berjalan pulang dari mesjid. Seperti biasa kami sengaja
mengambil rute yang panjang supaya kami bisa bercanda di perjalanan pulang.
Ketika sedang berjalan sampailah kami di sebuah rumah yang tembok bagian
sampingnya kotor penuh coretan arang. Kami berhenti sejenak membaca
tulisan-tulisan geblek itu. Dafuq ! ada nama bapak ane , siapa pula yang menjahili
ane. Ketika ane sedang berfikir keras siapa yang nulis nama bapak ane di tembok
datang orang bertubuh besar seperti Shrek dan dia memarahi kami. Dia
menuduh kami sedang mencoret-coret tembok di situ padahal kami hanya
melihat-lihat saja.
Kami hanya bisa diam saja karena
kami takut bakal dijadikan santapan nusantaranya si om Shrek. Setelah itu si om
pergi ya kami ngedumel berjamaah karena kesal akibat tuduhan si om. Tiba-tiba
mati lampu. Tapi lampu ide ane malah nyala. Ane berencana untuk mencoret coret
tembok dengan arang mumpung lagi mati lampu jadi agak susah di pergok. Ane
mencari arang di sekitar tempat itu dan ane menemukan bekas pembakaran sampah.
Sambil ngorek-ngorek sampah rumput dan kayu yang angus ane memantau keadaan.
Karena gelap ane agak susah menemukan arangnya. Dan akhirnya ane menemukan
arang seukuran jempol untuk di pakai menulis. Teman-teman ane juga sudah mulai
menulis dengan arang mereka. Ane menarik garis lurus untuk membentuk sebuah pola
agar terjadilah sebuah maha karya. Ha kok tidak ada garisnya? Oh mungkin kurang
keras ane menekannya, ane tekan lebih kuat deh tapi tidak berbekas seperti
arang. Hanya meninggalkan sedikit bekas kecoklatan yang sama sekali tidak bisa
di lihat dengan jelas. Ane heran, punya ane kok gak berbekas, sedangkan punya
teman ane sudah asik menulis dengan arang mereka masing-masing. Karena gelap
ane tidak bisa dengan jelas memeriksa apakah arang ane layak pakai. Ane
penasaran ini apa ya, ane dekatkan hidung ane ke arang temuan ane itu. What
the fuck is that thing ! It smells like a hell ! ternyata yang ane kira
arang itu adalah tai anjing setengah hangus. Dan tidak tau kenapa ane reflek
menggosok tangan ane yang kena tai anjing itu ke hidung salah satu teman ane.
Dan ente tau kan bagaimana sensasinya jika sesuatu yang berbau menempel atau
sangat dekat di indra penciuman, ya baunya susah ilang toh ane gosoknya tepat
di lubang hidung. It is called infinity stinky attack !, teman ane itu meringis
hampir nangis karena bau tai anjingnya susah ilang meskipun dia menggosokan
bajunya ke hidung dengan susah payah. Dan ane hanya ketawa ngakak melihat dia. Just
enjoy the show .. XD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar