Label

Kamis, 26 Maret 2015

Durian & Batu Akik

Ane kemarin iseng-iseng berburu durian karena kebetulan di kota tempat ane tinggal sedang musim panen durian. Ane lumayan gemar makan buah dengan kulit berduri ini, apalagi kalau duriannya di simpan di kulkas makin makyos dah. Yosh dengan semangat ane bergegas pergi. Ane sudah tau tempat-tempat yang menjadi lokasi lapak para pedagang buah durian dan ane juga sudah tau pedagang mana yang Scumbag.

Ane memutuskan untuk pergi ke lapak para pedagang durian yang tidak terlalu jauh dari rumah ane. Lapaknya terletak di dekat sebuah kantor yang masih belum selesai di renovasi. Setelah sampai di TKP ane kaget karena tempatnya sangat rame kayak pasar sampai pedagangnya ketutup pengunjung. Waduh mesti saingan nih nanti keburu abis. Ane dengan langkah seribu langsung masuk ke arena pertempuran.

Saking ramenya ane berdesak-desakkan dengan pengunjung lain. Bergabunglah beratus-ratus bau berbeda yang menghasilkan sebuah sensasi yang bisa bikin hidung ane wafat. Ane heran dengan tempat ini kok pengunjungnya kebanyakan laki-laki paruh baya, pastas aje bau dupa. Ane menerawang mencari pedagang yang agak sunyi pengunjung. Sambil menerawang ternyata ada pedagang batu akik juga di sini mencari peruntungan. Ane enggan untuk singgah, lagi pula ane sama sekali tidak tertarik menjadi dukun. Ane lanjut deh mengintai pedagang durian. Ane liat ke kiri eh ada pedagang batu akik lagi.  Ane lanjut lagi jalan hingga ke tengah-tengah. Dafuq ! ternyata di sini pedagang batu akik semua.

Ane heran, disini kan dari dulu tempat penjual buah-buahan kok jadi begini. Ane tanya dah salah satu bapak-bapak di tempat itu. “Om, penjual durian disini pada kemana ?”, Sambil tertawa ala vampire si Om menjawab “Sudah pindah dek (serasa 30 tahun lebih muda ane), kalah pamor sama batu akik”. Yah percuma saja ane datang kemari .Tapi kalau langsung pulang ke rumah ane merasa agak rugi. Jadi ane putuskan untuk melihat-melihat lagi. Mata ane tertuju pada bongkahan-bongkahan batu yang belum di bentuk. Berbeda dengan ekspektasi ane, tidak ada yang namanya Emerald, Saphire, Agate, Jade, Opal, dll. Malah yang ada hanya bongkahan batu yang terlihat biasa saja. Ane rasa batu-batu itu sama saja dengan batu yang sering ane jadikan permainan ketika masih kecil dulu (permainan lempar batu). Batu-batu aneh ini juga memiliki nama yang aneh pula (otak ane overload jadi tidak ingat namanya).



Karena melihat ane sangat serius melihat batu-batu itu, si pedagang menawarkan salah satu cincin dagangannya kepada ane. Dia bilang batu ini berkhasiat bla bla bla. Aduh ini sudah abad 21 masih ada aja pemikiran kayak gini. Kalau pun ane tertarik pada cincin , hanya ada sebuah cincin yang ane ingin miliki yaitu ‘The One Ring’ milik Sauron (My precious XD).

Mendengar tawaran si pedagang ane hanya bisa bilang “Shut up and take my money !”, hehe tidaklah ane hanya menolaknya secara halus. Tiba-tiba dari belakang ane ada bapak-bapak berbisik ke ane.

Bapak: Mas, mau batu yang unik punya ? Batu ini membawa suasana mistik bisa bikin orang                           merinding jika   di pakai. Kalau mas mau saya akan kasih gratis.
Ane     : Batu apa itu om ?
Bapak :  Batu Nisan ! *Badum tsst*


Bisikan sialan dari bapak itu mengakhiri petualangan ane siang itu. Ane tidak mau berlama-lama lagi takutnya teman-teman ane memergok ane di tempat seperti ini, apa kata dunia nanti.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar