Ane kemarin iseng-iseng berburu durian karena kebetulan di kota tempat ane
tinggal sedang musim panen durian. Ane lumayan gemar makan buah dengan kulit
berduri ini, apalagi kalau duriannya di simpan di kulkas makin makyos dah. Yosh
dengan semangat ane bergegas pergi. Ane sudah tau tempat-tempat yang menjadi
lokasi lapak para pedagang buah durian dan ane juga sudah tau pedagang mana
yang Scumbag.
Ane memutuskan untuk pergi ke lapak para pedagang durian yang tidak terlalu
jauh dari rumah ane. Lapaknya terletak di dekat sebuah kantor yang masih belum
selesai di renovasi. Setelah sampai di TKP ane kaget karena tempatnya sangat
rame kayak pasar sampai pedagangnya ketutup pengunjung. Waduh mesti saingan nih
nanti keburu abis. Ane dengan langkah seribu langsung masuk ke arena
pertempuran.
Saking ramenya ane berdesak-desakkan dengan pengunjung lain. Bergabunglah
beratus-ratus bau berbeda yang menghasilkan sebuah sensasi yang bisa bikin
hidung ane wafat. Ane heran dengan tempat ini kok pengunjungnya kebanyakan
laki-laki paruh baya, pastas aje bau dupa. Ane menerawang mencari pedagang yang
agak sunyi pengunjung. Sambil menerawang ternyata ada pedagang batu akik juga
di sini mencari peruntungan. Ane enggan untuk singgah, lagi pula ane sama
sekali tidak tertarik menjadi dukun. Ane lanjut deh mengintai pedagang durian. Ane
liat ke kiri eh ada pedagang batu akik lagi.
Ane lanjut lagi jalan hingga ke tengah-tengah. Dafuq ! ternyata di
sini pedagang batu akik semua.
Ane heran, disini kan dari dulu tempat penjual buah-buahan kok jadi begini.
Ane tanya dah salah satu bapak-bapak di tempat itu. “Om, penjual durian disini
pada kemana ?”, Sambil tertawa ala vampire si Om menjawab “Sudah pindah dek
(serasa 30 tahun lebih muda ane), kalah pamor sama batu akik”. Yah percuma saja
ane datang kemari .Tapi kalau langsung pulang ke rumah ane merasa agak rugi.
Jadi ane putuskan untuk melihat-melihat lagi. Mata ane tertuju pada
bongkahan-bongkahan batu yang belum di bentuk. Berbeda dengan ekspektasi ane, tidak ada yang namanya Emerald,
Saphire, Agate, Jade, Opal, dll. Malah yang ada hanya bongkahan batu yang terlihat biasa saja. Ane rasa batu-batu itu sama saja dengan batu yang sering ane jadikan permainan ketika masih kecil dulu (permainan lempar batu). Batu-batu aneh ini
juga memiliki nama yang aneh pula (otak ane overload jadi tidak ingat namanya).
Karena melihat ane sangat serius melihat batu-batu itu, si pedagang menawarkan
salah satu cincin dagangannya kepada ane. Dia bilang batu ini berkhasiat bla bla bla.
Aduh ini sudah abad 21 masih ada aja pemikiran kayak gini. Kalau pun ane tertarik
pada cincin , hanya ada sebuah cincin yang ane ingin miliki yaitu ‘The One Ring’
milik Sauron (My precious XD).
Mendengar tawaran si pedagang ane hanya bisa bilang “Shut up and take my
money !”, hehe tidaklah ane hanya menolaknya secara halus. Tiba-tiba dari
belakang ane ada bapak-bapak berbisik ke ane.
Bapak: Mas, mau batu yang unik punya ? Batu ini
membawa suasana mistik bisa bikin orang merinding
jika di pakai. Kalau mas mau saya akan
kasih gratis.
Ane : Batu apa itu om ?
Bapak : Batu Nisan ! *Badum tsst*
Ane : Batu apa itu om ?
Bapak : Batu Nisan ! *Badum tsst*
Bisikan sialan dari bapak
itu mengakhiri petualangan ane siang itu. Ane tidak mau berlama-lama lagi
takutnya teman-teman ane memergok ane di tempat seperti ini, apa kata dunia
nanti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar