Label

Kamis, 12 Februari 2015

Derita seorang "Single Fighter"

Sebagai seorang Single Fighter yang hampir keder, akhir-akhir ini ane sangat down karena memikirkan masalah akademik di kampus. Penyebabnya sih bukan 100% karena otak ane "Overload" tetapi.. karena  ane tidak bisa mengontrol diri dan sepertinya ane tidak memiliki "luck" seperti teman-teman yang lain. Kontrol disini berarti ane masih belum bisa menang melawan diri sendiri. Contohnya ketika ane berniat untuk selalu bangun lebih awal, ane selalu gagal dan selalu berbohong kepada diri sendiri sambil peluk bantal dan ngomong, "lima menit lagi deh". Ane selalu kalah dengan "malas" dan selalu jatuh di lubang yang sama. Karena malas ane tidak sempat program 2 mata kuliah di semester "bawah" padahal sekarang ane harus mengurus skrip-shit. Ane berusaha bangkit dan mencoba untuk menyelesaikan masalah-masalah tadi. Namun sayang sekali susah untuk keluar dari lembah nista ini. Ane harus mengorbankan beberapa semester untuk memperbaiki "kerusakan". Stress sudah pasti , ditambah lagi orang tua ane ngebet ane segera lulus dan mereka taunya studi ane akan berakhir beberapa bulan lagi. Ini makin membuat ane masygul dan hampir gundul. Ane tidak tega mengecewakan harapan mereka dengan berkata jujur bahwa ane belum bisa lulus sesuai waktu yang mereka inginkan.

Orang pintar kalah sama orang goblok tapi bejo. Ya statement itu benar. Banyak mahasiswa yang mengalami kebocoran yang parah bahkan walau pake No Drop sepertinya tidak mungkin terselamatkan. Tapi kenyataannya mereka tetap berlenggang bagaikan emak-emak baru pulang dari pasar dengan santai ke meja ujian tanpa dipersulit atau bahkan malah dipermudah oleh "oknum-oknum" yang mengambil kesempatan pada mahasiswa tingkat akhir *You what I mean lah*. Jleb banget kalo mikirin mereka. Kehidupan mereka seperti menggunakan "cheat" di dalam game sedangkan ane seperti bermain dalam permainan kehidupan ini dalam level "Nightmare". Ditambah lagi muka ane yang memang bikin nightmare membuat ane sulit untuk mengurus nilai-nilai pada dosen-dosen.

Tapi anehnya teman-teman ane mikirnya ane tidak terbebani dengan hal-hal tadi, mereka pikir ane ini selalu senang bagaikan orang gila meski hidup susah dan makan plastik tidak pernah merasa terusik oleh masalah serta kehidupan yang penuh dengan polemik. Mungkin mereka bisa berfikir begitu karena jika bersama mereka, ane ya selalu tersenyum dan tidak memperlihatkan beban ane. Ane sebisa mungkin mencoba untuk tidak menyulitkan orang lain dengan melibatkan mereka dalam masalah ane, meskipun kenyataannya ane butuh pertolongan. Tapi tuhan memang baik, yang menolong ane kadang orang yang tidak dekat dengan ane bahkan orang yang ane sama sekali tidak kenal.

Sekarang ane mencoba untuk optimis kalau ane bisa keluar dari lubang jarum ini karena ane yakin hidup itu penuh dengan dinamika. Karena tidak selamanya ane akan terpuruk sampe muka jadi kayak beruk karena daki yang jarang di keruk dalam nasib buruk ini. Pasti ada jalan keluar untuk orang-orang yang selalu berjuang dan berusaha.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar