Teman dan Sahabat, sebagian dari kita kadang keliru mengartikan dua kata
ini padahal sungguh sangat berbeda pemaknaannya. Definisi dari kata “Teman”
adalah seseorang yang kita temui lalu berkenalan satu sama lain, hanya sebatas
kenal dan tegur sapa. Sedangkan sahabat adalah seseorang yang jauh lebih dekat
dari teman, tempat berbagi cerita , selalu membantu dan peduli ketika kita
terkena masalah. Seorang sahabat sangat mengetahui seluk beluk kehidupan kita
dan rahasia kita serta menjaganya
seakan-akan itu merupakan rahasia mereka sendiri.
Sejauh ini saya belum punya seorang yang bisa dikatakan sahabat,
orang-orang yang hampir saya kategorikan sebagai sahabat ternyata sikapnya
berubah dan “pseudo” atau tidak
jelas tergantung situasi. Ketika senang mereka ada, namun saat susah mereka
tidak mau kecipratan susah, atau malah sebaliknya saat saya susah mereka ada
membantu saya namun ketika saya ingin berbagi kebahagiaan saya, mereka
menghilang begitu saja.
Jujur saja , saya merasa iri dengan mereka yang mempunyai
sahabat-sahabat yang baik di samping mereka. Saya pun ingin seperti orang-orang
itu, namun hanya kekecewaan yang saya dapatkan. Karena waktu dulu saya pernah
hampir mengganggap seseorang menjadi sahabat saya, namun di ujung jalan ternyata
ia tega mengorbankan diri saya untuk kepentingannya. Saya sangat kecewa jika
mengingat hal itu, sedih rasanya. Tidak cukup satu kali saya merasakan ini,
lagi-lagi tuhan menguji saya, saat saya di jauhi semua orang, seseorang yang
saya anggap sangat dekat dengan saya ternyata menjauhi saya. Hal ini jadi
mengingatkan saya kata-kata seorang teman saya “sahabat
itu adalah orang yang selalu disampingmu saat semua orang meninggalkanmu”. Sejak
kejadian-kejadian itu saya paham sebagian besar hubungan timbal balik antar
manusia di dunia ini hanya sekedar “untung-rugi”, mereka hanya mengejar hal-hal
yang menguntungkan bagi diri mereka sendiri bahkan rela menjadikan orang lain
sebagai makanan ternak kesuksesan
mereka. Saya bersyukur dengan kejadian tadi, Allah tidak menciptakan sesuatu tanpa ada
suatu maksud dibaliknya, pengalaman pun menjadi guru terbaik “saat kita jatuh, kita akan tahu siapa yang
benar-benar pantas disebut sahabat”. Saya pun berfikir, apakah masih ada
orang di dunia ini yang bisa saya jadikan sahabat ? atau mungkin hanya Amal
perbuatan kita yang lebih pantas disebut sahabat sejati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar